About

Minggu, 24 Juni 2012

Pertama, paket A dengan investasi Rp 10 juta. Di paket ini, mitra akan mendapatkan booth satu sisi selebar 1,2 meter. Kedua, paket B dengan investasi Rp 25 juta. Mitra akan memperoleh booth tiga sisi berukuran 2×2 meter. Selain peralatan, mitra akan mendapat bahan baku awal, untuk 300 gelas minuman. Toriqh tak memungut biaya royalti sepeser pun. Namun, mitra harus membeli jeli dengan harga Rp 25.000 per bungkus dan sirup yang harganya Rp 25.000 per rasa. “Satu bungkus jeli bisa dipakai untuk mengisi 30 gelas. Adapun satu botol sirop untuk 40 gelas,” ujar Toriqh Bahan baku lainnya adalah gelas plastik dan tutupnya dengan harga Rp 400 per pieces tanpa sedotan dan Rp 600 bila dengan sedotan. Setelah calon mitra menentukan paket kemitraan yang diinginkan, mereka harus memilih lokasi yang pas. Yang jelas panduannya, kata Toriqh, minuman ini bisa dikonsumsi segala usia, bahkan juga penderita diabetes karena menggunakan jeli konnyaku yang terbuat dari kentang. Adapun, sirupnya terbuat dari gula buah atau fruktosa. Meski begitu, Toriqh mengingatkan, lantaran bentuk jeli yang lucu, pasar minuman ini justru menyempit di kalangan anak-anak, remaja dan kaum ibu. “Karena itu, lokasi terbaik adalah mal. Setelah itu, sekolah, rumah sakit, dan yang terakhir adalah supermarket,” terangnya. Bila mitra menemui masalah, kami menyediakan konsultasi, baik tentang bahan baku, lokasi, dan karyawan. Sebab, “Kami memiliki komitmen untuk membantu mitra,” ujar Toriqh. Ketua Umum Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI) Itta Supit Ginting mengatakan, usaha ini sudah familiar karena masyarakat sudah mengenal minuman jeli. Jumlah mitra yang mencapai 91 orang, juga menandakan rasa produk minuman ini sudah diterima oleh masyarakat. Ita pun menilai harga jual mulai dari Rp 2.500 sudah pas dengan pangsa pasarnya, yakni anak-anak dan kaum muda. Tapi, “Sebaiknya, mitra membuka gerai di mal, menyasar keluarga yang sedang jalan-jalan” saran Itta. Namun, ia menggarisbawahi pemakaian kemasan berupa gelas plastik yang ditempel stiker terlalu sederhana. “Biasanya orang tertarik dengan kemasan dan setelah itu mencicipinya,” ujar Itta.

0 komentar:

Posting Komentar